Bagi yang mau tahu cerita pertamanya bisa dibuka di: Kisah beli rumah tanpa DP part 1
Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya saya mencoba
menjawab,” mohon maaf pak bukan bermaksud tidak sopan, namun saya mencoba
menawar, kalau dari bapak sendiri mau melepas di harga berapa?”
“Ya setidaknya 150 lah mas.”
“hmm.. sepertinya masih terlalu mahal untuk saya pak.
Bagaimana kalau 120 pak?” kemudian bapaknya terlihat berpikir kemudian
menjawab,” ya sudah mas g papa, tapi kira2 kapan bisa di lunasi? Dua bulan lagi
saya sudah keluar kota”
Waduh, akhirnya sudah close deal harga segitu tapi saat itu
saya blm menghubungi bank untuk kpr, ga tahu bunganya nanti berapa, belum cari
notaris, blm proses appraisal, dan blm ada persiapan berkas2 apa-apa2, bahkan DP
tidak ada. Namun saya coba jawab,
“oke pak Deal dulu ya diharga 120 juta. lusa saya kesini
lagi bawa surat perjanjian sementara yang menyatakan kapan pelunasan, saya
perkirakan tidak sampai 2 bulan akan langsung saya lunasi pak.” Jawab saya agak
pede walaupun blm jelas mau pinjam bank mana, atau cari alternatif darimana
uangnya.
Bahkan saya g singgung2 masalah DP karena saya yakin rumah
tersebut dlm waktu dekat tidak akan ada yang mau membeli, kalau dari
pembicaraan dgn penjual yg sepertinya begitu mudah melepas di harga segitu.
Mungkin sudah banyak yg menawar dibawah harga itu tapi belum dilepas.
Dalam 2 hari saya coba hubungi bank2 yang menyediakan kpr
dan menyampaikan alamat rmh untuk di appraisal. Setelah deal dgn bank dan dapat
tgl appraisal, saya sambil menyiapkan berkas2 dari pihak pembeli, dan membuat
perjanjian sementara untuk mengikat pembeli dan penjual. intinya perjanjian
harga 120 juta, tanpa memberikan DP, dan bila dalam 2 bulan tidak di bayar
otomatis perjanjian batal.
Nah sekarang tinggal bagaimana caranya menyampaikan ke
penjual bahwa saya tidak bisa memberikan DP dan saya mau pakai sistem KPR walau
si pembeli nantinya akan menerima uang full dari bank. Satu hal lagi yang jadi
masalah, saya harus menyampaikan bahwa saat di appraisal harus mengatakan bahwa
harga rumah tersebut 220 jutaan. Kok bisa segitu? inilah trik sebenarnya…
maukah penjual melakukan 2 hal untuk saya walau baru kenal 1 kali. Membuatkan kuitansi
seolah2 saya memberikan DP sebesar 50jutaan dan bilang ke appraisal kalau
harganya 220 juta. Agar saat di acc bank yg biasanya cair hanya sebesar 70%
dari harga jual akan cair sekitar 150 an juta. Sehingga saya bisa kasih yg jual
120 juta, dapat uang 30 juta untuk renov untuk membayar pajak dan biaya
tetekbengek di notaris, balik nama, profisi, pajak pembeli dll. Oh ya berarti
satu lagi yg perlu saya sampaikan ke pejual, nego pembagian pajak pembeli
penjual yg totalnya 10% dari harga jual yg disepakati (220juta). Agak kurang
jelas y penjelasannya begini detailnya:
Untuk dapat rumah tanpa DP artinya semua beban harga dan
biaya akan dibayar bank, yang nantinya akan jadi beban saya berupa cicilan KPR.
Contoh kasus : kita cari rumah yang memang dibawah harga pasaran, bisa dari org
yg butuh uang, mau pindahan, atau rumah dibawah njop. Misal deal harga 120
juta. Biasa bank hanya memberikan maks 70-75 persen untuk rumah pertama. Artinya
kita harus punya DP (dengan bukti kwitansi) sebesar 36juta!! Cukup berat kan mengingat nanti masih
ada pajak2, biaya notaris, balik nama, dll.dll.. mengatasi hal tersebut maka
nilai rumah dinaikkan agar menjadi senilai cairnya bank (70%). Katakanlah harga
kita jadikan 170 juta. Jadi nanti kita buat kwitansi senilai 50 juta (kwitansi bermaterai
saja sebagai syarat dalam proses bank, tanpa benar2 kasih penjual uang 50juta),
dan bank akan mencairkan 70% sisanya sekitar 121jutaan.. disini kita harus
sepakat dulu sama penjual bahwa harga nya nanti tetap 120 juta jadi penjual
akan terima dari bank full 120jutaan, tanpa kita mengeluarkan sepeserpun. Dalam
kasus saya, karena rumahnya cukup besar dan 2 lantai, 5 kamar dst2.. maka saya
perkirakan harga rumahnya 200an juta. Jadi nanti bila pengajuan saya disetujui
akan cair sekitar 150jutaan. Dengan harga kesepakatan 120 juta maka saya akan
dapat kembalian 30 juta.. Awesome!!!
Hari penentuan tiba… pikiran saya sudah kemana2 ada rasa gugup,
cemas, takut, perut mulas. Apa perlu belajar teknik negosiasi tingkat tinggi,
ilmu hipnotis, NLP, yang saya tidak kuasai sama sekali. Apa perlu belajar
otodidak dalam beberapa jam? atau saya berterus terang, jujur menyampaikan
seluruh kondisi yg ada, dan menyatakan niat tulus untuk membeli rumah tersebut.
Sambil bawa buah tangan untuk meredakan ketegangan?
Saya pilih yg jujur terus terang saja karena saya tidak mau
mengelabui penjual, agar semua sama2 merasa Win-Win kalo kata mbah Stephen R
Covey. Lagipula saya ingin memulai semua dengan cara2 yang tidak merugikan
orang lain dan tidak mau mendapat sesuatu dengan cara2 yang curang.. sampe di
rumah penjual, saya lupa bawa buah tangan!! *tepok jidat…
Di perjalanan saya berusaha mengulang2 apa saja yang akan
saya sampaikan, memikirkan berbagai scenario, baik yg terbaik, maupun yang
terburuk, bagaimana cara keluar dari masalah terburuk, bagaimana cara
membatalkan ke bank kalau semisal batal deal dan lain2.. Tapi saya pasrah dan
serahkan semua sama Tuhan dan Semesta, pasti akan carikan cara yang termudah. Singkat
cerita setelah menunggu 1 jam karena penjual sedang keluar menemui tetangga yg
sedang dapat musibah, dan ngobrol
setengah jam akan maksud dan tujuan saya akhirnya penjual berkata,
“saya baru kali ini mas bertransaksi seperti ini, tapi kita
coba saja. Toh saya tidak rugi apa2. Dan berkas2 asli tidak saya kasih ke mas
dulu ya walau sudah buat perjanjian, nanti saja saya yang bawa saat sudah d
setujui bank dan ketemu di notaris”.
Ah… lega pikir saya, “ baik pak terima kasih banyak!.. saya
akan sampaikan ke bank terkait kondisi2 nya. Semoga bisa berhasil dan deal”.
“oke mas” jawab sibapak singkat.
“maaf pak satu lagi…”, saya menyela.. Sibapak mulai agak
ragu lagi dan menatap saya..
”nanti kan dari Bank uangnya masuk ke bapak semua 150juta..
saya boleh minta 30 jutanya tidak pak. Kan dealnya di harga 120 juta, walau
awalnya bapak tawarkan 150 juta dan mengaku 220juta saat di appraisal bank.”lanjut
saya..
si bapak terdiam… perasaan yang tadi sudah lega dan pikiran
tenang tiba2 berdebar lagi… menunggu jawaban sibapak…pikir saya y sudah lah
kalo g mau berarti saya rugi 30 juta. Tp setidaknya saya tidak keluar uang muka
apapun hanya tinggal mikir cicilannya.
“oke mas, lihat saja nanti!” jawab bapak penjual yg sedikit melegakan saya.
1 minggu kemudian appraisal datang dan menaksir rumah
sekitar 215 jutaan, jadi bank bisa memberikan kpr 150 jutaan. Dan kurang dari 1
bulan setelahnya, saya, penjual, dan pihak bank bertemu di kantor notaris untuk
menyelesaikan seluruh administrasi. Ternyata pajak, biaya notaris, profisi,
balik nama dll harus dibayarkan hari itu juga, ya sudah pas hari itu juga ada
gaji yg masuk, saya bayar dahulu. Dengan harapan 30jutanya di kembalikan. Dan benar..
Seminggu setelah dari notaris ada notifikasi sms banking uang masuk sebesar 30
juta. Terima kasih Tuhan, Semesta, mas perantara, mas dari bank, bu notaris dan
terutama pak penjual rumah akhirnya saya bisa punya rumah pertama.
Tidak terlalu buruk untuk pemula, bisa dapat rumah 2 lantai,
dapat uang 30 juta dalam waktu kurang dari 2 bulan dan terutama pengalaman
berharga di usia dibawah 25 tahun atau tidak sampai 3 tahu setelah lulus kuliah,
lebih cepat dari time line yg sudah saya tetapkan.
Semoga pengalaman saya tersebut memberi manfaat dan
memberikan sedikit insight tentang bagaimana cara mendapatkan apa yg kita
kehendaki yang awalnya dirasa mustahil, namun dengan sikap dan pemikiran yang
benar bisa kita capai.
Salam Kelimpahan…